Mimpi seorang dosen dan peneliti muda (1)

Dua bulan lagi, tepatnya bulan Agustus, genap 1 tahun saya aktif menjadi dosen dan peneliti di Program Studi Teknik Sipil UK Petra. Jika ditanya mengenai keinginan untuk menjadi dosen pada saat setelah saya lulus S1 delapan tahun yang lalu, tentulah jawaban saya kala itu adalah tidak.

Semasa kuliah S1 dahulu, saya cukup aktif dalam berorganisasi dan melayani di kemahasiswaan kampus. Terkadang hal ini menumbuhkan rasa cinta dan nostalgia untuk dapat kembali mengabdi pada almamater setelah lulus. Namun, tetap tidak terbesit sedikitpun hasrat untuk menjadi seorang dosen kala itu.

Selama menjadi mahasiswa, saya sempat menjadi tutor pada kegiatan bimbingan belajar yang diadakan himpunan mahasiswa HIMASITRA. Saya berkesempatan mengajar junior-junior maupun teman-teman seangkatan di beberapa topik perkuliahan dalam berbagai kesempatan. Tidak dapat dipungkiri, ada kepuasan tersendiri ketika kita berhasil menyalurkan ilmu dan konsep kepada orang lain. Tapi, pengalaman mengajar sebagai tutor ini tidak serta-merta membuat saya tertarik menjadi seorang dosen.

Fast forward, saya memutuskan untuk mengambil S2 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) setelah 1 tahun bekerja. Itupun bukan atas inisiatif sendiri melainkan atas ajakan dari teman satu angkatan. Setelah membulatkan tekad, kami mendaftar S2 tepat pada hari terakhir. Singkat cerita, memasuki tahun kedua perkuliahan, ITS menawarkan mahasiswa untuk mengambil program dual degree ke National Taiwan University of Science and Technology (NTUST). Dengan program dual degree ini, kami berkesempatan untuk menyelesaikan 1 tahun terakhir perkuliahan di universitas lain yaitu NTUST. Dengan berbagai macam pertimbangan, saya dan teman saya mengambil kesempatan ini.  Saya dan teman sayapun berangkat ke Taiwan untuk menyelesaikan S2 kami.

Di NTUST inilah, saya pertama kali mencicipi dunia riset dan akademis yang sebenarnya. Kami berada dalam lingkungan universitas yang sangat kental sekali nuansa pengembangan penelitiannya. Masing-masing dosen memiliki 1 lab sendiri. Ada lab meeting setiap minggu untuk mendengarkan research progress dari masing-masing mahasiswa.Topik riset kami sangatlah bernuansa computer science karena penelitian kami berfokus pada pengembangan model dan metode. Kami harus belajar coding dengan menggunakan MATLAB dari nol untuk dapat survive di beberapa mata kuliah dan penelitian pada tesis kami. Kami juga dituntut untuk dapat menulis manuscript untuk dikirimkan ke jurnal internasional.

Surprisingly, saya sangat menikmati proses ini bahkan dapat betah berjam-jam di depan laptop. Singkat cerita, kami lulus dengan performa yang memuaskan. Teman saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia sementara saya lanjut mengambil program S3. Well, the rest is history.

*bersambung*